Minggu, 14 November 2021

Reog Ponorogo, Seni Masyarakat Jawa

 

          

            Reog  adalah tarian  tradisional Indonesia yang berasal dari wilayah barat laut Jawa Timur yang dipertunjukkan di arena terbuka dan berfungsi sebagai hiburan rakyat,  serta mengandung unsur magis.

            Asal-usul  Kesenian Reog berawal dari pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang pria Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-14, dimana pada saat itu  Kerajaan Majapahit diperintah oleh pemerintahan Raja Kertabhumi Bhre Kerajaan Majapahit terakhir. Pada waktu itulah kesenian reog diciptakan oleh seorang Patih kerajaan yang melarikan diri ke daerah bunker yang kini disebut Ponorogo. Dari kota kecil inilah reog menjadi salah satu ciri khas kesenian Jawa.

            Awalnya suatu malam sang prabu bermimpi bertemu dengan seorang putri yang sangat jelita  putri songgolangit dari Kerajaan Kediri . Maka diutuslah sang Patih Bujang Ganong untuk meminang Sang Putri ke Kediri akan tetapi di tengah perjalanan mereka dihadang oleh pasukan singo barong. Pasukan patih  Bujang Ganong tidak mampu bertahan mereka mundur kembali. Mendengar kekalahan pasukannya Rabu klono sewandono memimpin sendiri pasukannya melawan raja singo barong. Pertempuran berakhir dengan kemenangan Prabu Klono Sewandono. Dan akhirnya raja singo barong bersedia membantu Raja Klono Sewandono untuk melamar ke Kediri.

            Pada waktu Reog diciptakan oleh Ki Ageng kutu. Reog ini sebagai sebuah pertunjukan kecil untuk memperolok sekaligus mengingatkan raja akan kebijaksanaannya yang banyak dipengaruhi oleh sang permaisuri. 

            Dalam pertunjukan seni Reog diperlihatkan kepala topeng berbentuk singa yang disebut "Singo Barong". Jathilan yang diperankan oleh sekelompok penari gemblak berbentuk kuda menjadi simbol kekuatan Kerajaan Majapahit yang disandingkan dengan kekuatan warok. Topeng badut merah yang menjadi lambang Ki Ageng Kutu sendirian dan menopang berat topeng Singo Barong dengan menggunakan giginya.

            Awalnya Reog hanya singo barong,  Bujang Ganong dan Jagelang . lunus yanggeno  yang ditambahkan kemudian untuk menghilangkan pengaruh penciptanya. Singo Barong adalah lambang penguasa raja yang telah hilang wibawa karena sang permaisuri si burung merak bertengger di kepala. Bujang Ganong adalah kodrat kebijakan sang pujangga Ki Ageng kutu. Lunus yanggeno merupakan pengejawan tentang raja bijak dan tampan dari bandar angin panorogo sedangkan para Rawok pengiring adalah sumber kekuatan sekaligus menunjukkan dari mana Reog berasal.

            Mengetengahkan kesenian reog ponorogo tak akan lepas dari waroknya karena dari sejarahnya pemain Reog berasal dari kalangan warung. Raga Reok biasanya bukan dari orang biasa mereka telah ditempa dan digodok dengan latihan fisik dan mental oleh karena itulah peraga Singo Barong dan Bujang Ganong biasanya adalah seorang Warok atau warokan. Dimana penari Reog Ponorogo harus mengikuti aturan, ritual, dan latihan yang ketat, baik fisik maupun spiritual. Salah satu syaratnya adalah pantang, warok dilarang melakukan hubungan seks dengan perempuan, namun berhubungan seks dengan anak laki-laki usia delapan sampai lima belas tahun diperbolehkan. Kekasih anak laki-laki itu disebut Gemblak dan biasanya disimpan oleh Warok di rumah tangga mereka .

            Karena lahir dan mendapat persemayan di dalam masyarakat. Reog sebagai kesenian rakyat tidak terlepas dari kewajiban sosial budaya banyak perannya dalam adat dan tata cara kehidupan misalnya digunakan dalam perarakan khitanan atau pengantin. Dalam perarakan pengantin . Reog selalu mendapat perhatian dari acara-acara lainnya yang membuat suasana menjadi lebih meriah.

            Iring -iringan reog terdiri dari pengawal, pendamping, penari, pemukul gamelan dan pengiring. Kelompok pengawal terdiri dari tiga atau empat orang yang berpakaian lengkap penuh ragam dan berjalan paling depan. Kelompok pendamping menjaga di samping kiri dan kanan pemain. Kelompok penari terdiri dari barongan, penari topeng dan penari kuda. Kelompok gamelan adalah kelompok pemain music yang selalu berada di belakang penari dan kelompok penigiring ini tidak terbatas jumlahnya mereka berbaris  paling belakang.

Nilai- nilai kehidupan / makna kehipan dalam kesenian Reog :

v  Nilai pandangan hidup :

            Dimana penari Reog Ponorogo harus mengikuti aturan, ritual, dan latihan yang ketat, baik fisik maupun spiritual. Salah satu syaratnya adalah pantang, warok dilarang melakukan hubungan seks dengan perempuan, namun berhubungan seks dengan anak laki-laki usia delapan sampai lima belas tahun diperbolehkan. Kekasih anak laki-laki itu disebut Gemblak dan biasanya disimpan oleh Warok di rumah tangga mereka .

v  Nilai keindahan :  

            Gerakan penari, dan suara musik pengiring, yaitu gamelan, gendang dan terompet memiliki unsur  keindahan yang khas, baik dalam gerakan maupun suara dari music pengiring

v  Nilai kebudayaan :

            Kesenian Reog ini menggambarkan bagaimana kebudayaan pada zaman dahulu yaitu saat pemerintahan kerajaan Majapahit.

            Sebagai suatu jenis seni masyarkat Reog dipakai  untuk menumbuhkan kecintaan pada seni budaya bangsa selain fungsinya yang sudah nyata sebagai pengumpul massa dan hiburan. Saat ini, Reog Ponorogo sering diadakan pada acara-acara khusus yang meriah; seperti Islam libur Idul Fitri , ulang tahun Kabupaten Ponorogo , Kemerdekaan hari karnaval 17 Agustus, upacara pembukaan acara olahraga. Dan juga pertunjukan rombongan reog dapat disaksikan di berbagai negara yang dibawakan oleh tenaga kerja Indonesia. Seperti di Amerika Serikat, Korea Selatan Jerman , Jepang , Hongkong , dan Malaysia.

 

            .

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar